MEMBAKAR API

Sebenarnya saya mau cerita hal yang lain, putus asa dan hal-hal negative lainnya, tapi saya sudah membundlenya untuk bahan tulisan buku saya, saya hanya bingung apa menarik cerita saya yang seperti itu.. setidaknya saya mencoba..

Minggu kemarin saya skip perjamuan kudus, saya benar-benar tidak bisa konsentrasi melakukan satu hal tanpa melakukan pekerjaan lain, saya seperti anak-anak berusia 4 tahun yang tidak bisa diajak ngobrol serius. Saya tahu ada yang tidak beres, saya perlu perbaiki ini dan itu di hati dan pikiran saya.

Ibadah buat saya selalu kasih hentaman gelombang dan erosi buat kesehatan jiwa saya, dampaknya serius seperti menemukan orang yang melihat saya berbuat salah. Sayangnya hanya bisa saya rasakan selama ibadah, setelahnya saya kembali menjadi air yang tenang.

Kalau pernah berkunjung, minimal mengetahui kisah Danau toba, kampung saya, anda akan dibisikkan banyak cerita mistis. Cerita mistis tidak jauh-jauh dari hantu, tumbal dan orang mati. Siapa sangka danau toba dengan pemandangan indah dan tenag setiap tahunnya selalu merenggut nyawa, ingat beberapa tahun lalu kapal feri hilang bersama penumpangnya di danau toba?

Air tenang seperti itulah yang saya maksudkan..

Saya bilang kan setiap ibadah saya selalu merasa tertampar ^^

Tapi udah kebal banget ditampar, pengen digebukin aja atau apalah biar bikin saya semangat hidup terus.. Lelah lihat jiwaku yang tenang tapi pikiran semrawut, kaya benang sulamku yang bentuknya udah ngak cantik perkara tiga bulan dilempar sana sini..

Pengen kayak api yang membara.. ngak loyo-loyo (ini bahas medan kali kekeke). Dilempar apa aja makin membara, bahkan dipercik air.. asal ngak disiram air sedanau toba aja ^^

Kenapa api?

Api itu ya panas aja.. mungkin kedengaran ngak fleksible tapi untuk jiwa yang rapuh api itu mesti dibakar terus menerus biar ngak mati..