Jatuh lagi

Tidak terasa sudah hampir 3 bulan saya ngekost dan 3 bulan juga tidak kembali ke rumah, 3 Bulan Covid-19 muncul dan bersemayam di negara kita dengan orang-orangnya (sebagian) yang super duper bandel jadi tepat saya katakan, sudah 3 bulan juga kondisi memprihatinkan ini masih bertahan.

Dan hampir 3 bulan juga saya jarang sekali menulis di blog ini.

Tidak ingin denial, saya benar-benar lelah sama semua ini. Jadwal kerja yang hanya 40 jam seminggu, sekarang adalah setiap waktu melalui terror telepon, whatsapp dan email.

Lelah, setelah keputusan saya yang menguncang psikis seluruh keluarga, keinginan saya ingin resign tahun depan dengan memberikan bukti kosong tentang rencana saya kedepannya. Keadaan yang sulit juga hampir menggoyahkan saya dengan pilihan hidup saya yang terkesan sembrono ini, karena selama tiga bulan ini saya hanya berdamai dengan diri saya dengan dalil beradaptasi dengan kehidupan baru sebagai anak kost, sementara perjuangan 0 besar.

Sampai tahun depan masih ada 7 bulan lagi, mungkin waktu yang semakin sempit membuat nyali saya ciut dan kelelahan dengan semua ini.

Jadwal mengajar private saya kacau ( Kerja sampingan diluar pekerjaan utama saya sebagai pegawai swasta). Freelance sebagai pelukis juga tidak berjalan baik, commission banyak yang saya postpone karena mood saya yang seperti siput. Bisnis saya juga tidak maju-maju, stuck dan item yang saya jual juga kalah saing dengan e-commerce yang tiap hari flash sale ^^ , masalahnya saya juga ikutan kekeke, dan kesulitan nge-budget kebutuhan sehari-hari saya. Daily budget have No intervension with saving account anymore!

* I lack so much penny when moving out.

Kehidupan sosial saya juga seperti mengambang as ussual, i not really talking to anyone, but they comfort me instead. Walau saya menjadi sangat sensitif sepertinya orang-orang belajar memahami kepribadian saya. Teman-teman kost selalu melibatkan saya, walau saya masang boundary. Thankyou, kalian salah satu alasan saya ngak Depresi berkepanjangan tahun ini..

Masa-masa sulit ini bukan hanya tentang saya, saya tahu banyak yang lebih kacau (this is my blog actually, my story), huft, see this how sensitive i am..

Dampaknya terasa dengan interaksi kecil saya dengan orang-orang disekitar saya. Saya orang jahat, saya mencoba menutup telinga untuk itu karena saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan, saya menghabiskan waktu mengurung diri dalam kegelapan, self-quarantine, benar-benar keahlian saya. Tidak ingin memikirkan masalah orang lain..

Nyatanya hati saya sangat sakit, karena cerita mereka ada disekitar saya. Kenapa saya memikirkan mereka sampai saya tertidur lebih lama untuk melupakan kisah mereka, ketika bangun ceritanya tetap terpatri..

Banyak karyawan honorrer yang di rumahkan, PHK dan perputaran ekonomi yang sama sekali tidak menguntunggan kalangan menengah kebawah.

Mood saya semakin buruk ketika mendengar kisah bapak kost-an dihari salah satu staf dikantorku, yang setiap hari 8 jam bertugas bersama, meninggal tiba-tiba karena darah tinggi,

“Sepertinya tidak ada harapan untuk bisa kerja lagi..”

Tadinya saya kira bapak kostan yang setiap hari dengan rajin merenovasi kostan adalah pensiunan, ternyata dirumahkan oleh perusahaan sekompleks kantor saya.

Menyesal sekali mengalamatkan paket-paket saya ke kostan, kalau saya jadi bapak, ketika melihat orang lain yang seringkali datang dengan paket berbeda dimana yang menerima paket baru kehilangan pekerjaan, mungkin kedengaran lebay tapi seperti yang saya bilang, ke-unsos-an saya membuat saya menjadi sangat sangat sensitif.

Seperti pagi ini juga, ketika ibu kost beberes kamar sebelah saya yang hampir selama 3 bulan tidak ditempati. Tidak ada pertanyaan kenapa. Buruh pabrik banyak yang kehilangan pekerjaan disini. Sampai masa PSBB dan wabah yang masih belum pasti, pemandangan seperti ini akan menjadi pemandangan biasa dilingkungan ini.

Saya menahan pemikiran ini dalam tidur berjam-jam dan kesibukan saya scroll media sosial sampai paket saya boros sekali walau sinyal yang lemot parah (saya pengguna paket data provider terbesar di Indonesia), fakta dan expand yang tidak korelatif.

Hari ini saya tidak ingin membawa semua beban kepala saya dalam tidur lagi, saya menulis, saya membagikan melalui tulisan saya, sudah seharusnya begitu.

Kesimpulan

Mungkin beban kepala saya masih menumpuk dan tidak menyelesaikan apapun. Saya berdoa lebih sungguh agar wabah Covid-19 segera beakhir mendatangkan kebaikan

Saya pernah membaca ungkapan ‘Segala yang terjadi membawa kebaikan’ itu , seperti harapan palsu. Bagi saya mau palsu ataupun tidak pengharapan adalah pengharapan. Walau jatuh lagi, harus bangkit lagi.

Saya akan bangkit kali ini, masih lewat tujuh hari bulan lima. Selama masih ada Tuhan, saya juga tidak akan putus pengharapan

Ps: cover gambar danau toba, kampung halaman saya, sudah hampir 3 tahun juga tidak pulang.. tidak apa semua akan terbayar .. tepat pada waktu-Nya